Pembelian 34 persen saham milik Mitsubishi Motors 2016 lalu, otomatis membuat Nissan cukup berkuasa atas merek berlambang tiga berlian ini, yang memperbesar aliansinya. Bukan hanya ditingkat global, persekutuan ini juga merambat ke level lokal.
Seperti di Indonesia salah satunya yang memiliki potensi pasar otomotif cukup besar, di mana keduanya mulai membangun sinergi, berawal dengan menempatkan pejabat Mitsubishi menjadi pimpinan Nissan Motor Indonesia (NMI), dan bakal berlanjut ke level selanjutnya.
Pertanyaan kemudian muncul, apakah aliansi Nissan-Mitsubishi ini bisa bersaing ketat dengan persekutuan Toyota-Daihatsu, yang sudah bertahun-tahun menguasai Indonesia?
Menanggapi hal tersebut, Trevor Mann, Chief Operating Offier (COO) of Mitsubishi Motors mengatakan kalau ini cukup menarik untuk disaksikan. Namun, Mann tidak terpancing mengeluarkan penyataan bernada agresif, dan cenderung realistis.
“Menurut saya skala produksi akan membantu untuk bersaing. Tentunya jika kami (Nissan-Mitsubishi) bersama-sama bersikap dan mulai berbagi platform, teknologi, menyatukan pemasok, dan memperkuat jaringan, maka kami bisa tumbuh (kompetitif),” ujar Mann kepada KompasOtomotif, Selasa (25/4/2017).
Mann melanjutkan, Nissan-Mitsubishi perlu menjadi lebih kuat dan menarik banyak diler-diler terbaik. Karena jika sudah memiliki diler bagus, penjualan mobil juga akan meningkat.
“Selanjutnya, kalau mobil sudah terjual banyak, maka biaya komponen kendaraan juga akan kompetitif. Lebih dari itu, jika kami sudah ada di posisi yang kuat dengan banyak perusahaan pendukung, maka kami akan sulit di hancurkan,” ucap Mann.
“Jadi, dengan memiliki sebuah aliansi ini, dari beberapa kelompok kecil dengan sinergi yang baik, akan membuat kami melompat sedikit, untuk menyerang sang raksasa, dan ini menarik untuk disaksikan,” ucap Mann.
Dari data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) 2016, pangsa pasar Toyota (35,96 persen) jika digabung dengan Daihatsu (17,88 persen) menjadi 53,84 persen. Sementara akumulasi Nissan (1,24 persen) dan Mitsubishi (9,21 persen) hanya mencapai 10,45 persen. Jadi memang cukup realistis Mann tidak menjawab dengan agresif.
Mobil-mobil kami di dukung oleh tenaga kerja yang profesional, sehingga kami yakin permasalahan transportasi yang dialami konsumen untuk mendapatkan keamanan, kenyamanan dan kepuasan dalam berkendara dapat terjawab oleh rental mobil Kami.